"Kapan kita ketemu lagi?"
"Ya, kalo liburan kan aku juga insya
Allah balik kok," sahutnya. Kami menanti berlabuhnya kereta yang kan
membawanya jauh dariku. Semua kenangan yang mengikat kami, kini kan begitu
indah. Segala bentuk yang menjadikan kami berdiri hari ini, akan menjadi
sosok-sosok yang kan mengantar kami bersua kembali.
Senyumnya yang mekar terbingkai jendela kereta kala itu,
buatku, merupakan jarak yang benar-benar jauh. Dan kereta itu pun berlalu,
"Tut tut tuttt," menyisakan alunan nada datar yang disuarakan sang
lokomotif.
Seperti biasa, aku berusaha mendramatisir keadaan dengan
menatap ujung belakang ular baja yang melahap sahabatku, hingga bongkahan
panjang itu benar-benar hilang dari pandangku. Sangat tidak perlu. Toh dia juga
hanya meluruskan sepasang cahayanya tanpa menoleh ke arahku. Punggungnya
benar-benar jauh, serasa tak akan terjangkau olehku, seberapapun aku bersikeras
mengejarnya. Tapi hatiku berkata, kata yang terdengar seperti sumpah bagiku.
Menggema dan bertalu-talu dalam ruang kesendirianku, "Aku tidak akan kalah
darimu!" dan aku pun palingkan wajahku, tersenyum meninggalkan stasiun
kereta pada jam 08:37 pagi itu. Lima tahun yang lalu.
By: Hida
EmoticonEmoticon