School Days: Warna Masa Muda

Tags


Ricuhan tawa itu meledak di telingaku. Aku pun terbangun seketika dan satu suara menyambutku, “Ngapain Di? Udah buruan, itu temen-temen udah nungguin loh dari tadi!?”
Kuraih satu uluran tangan sahabatku dan kudapati diriku kemudian berdiri diantara begitu banyak tawa mereka yang melepas bahagia. Beberapa kulihat asyik bercanda, lalu sisanya masih dengan perasaan berbunga memoleskan berbagai warna dengan cat semprot ke seragam teman-teman lainnya. Dan saat kutengok ke belakang, ternyata ada juga yang merayakan kemenangan ini dengan tangis yang tak juga kunjung berhenti. Agak jauh di sebelah timur tiga orang kulihat berteriak lantang, seolah berusaha merobek langit dengan lengkingan tinggi yang mereka ledakkan. Aku tersenyum melihat pemandangan yang tak akan untuk kedua kali bisa kusaksikan. Tak akan lagi momen seperti ini aku jumpai di kemudian hari.
“Gak kerasa yah, Di?” ujar sahabatku, menepuk bahuku, tersenyum, lalu sambil kembali menatap wajah-wajah bahagia teman-teman kami ia berkata, “Sebentar lagi, kita akan berpisah. Kita akan mengambil jalan kita masing-masing. Dan entah kapan, tapi kuharap kita akan masih bisa menghabiskan waktu bersama seperti yang selama tiga tahun ini kita lakukan.”
Ia mendesah. Lalu kemudian kulihat senyumnya nampak sedikit sayu. Bisa kurasakan nuansa kesedihan yang kini mulai menggerogoti dirinya. “Hahhh, kamu ini ngomong apaan sih!?” kataku. Kuenyahkan tangannya yang masih juga menempel di bahuku dan aku selangkah maju ke hadapannya. “Berapa kali aku musti bilang!? Kita gak akan berpisah kok. Kita hanya─mulai dari sekarang, kita akan melanjutkan cerita kita sendiri-sendiri. Kita gak berpisah, kita hanya akan melangkah di berbeda arah.”
“Hoe, bukannya itu sama aja dengan berpisah!?”
Aku mendekap tubuhku dari semilir angin pantai yang mulai terasa dingin menusuk lapisan kulitku. Langit semakin meredup dengan tirai keemasan sang surya yang bersiap tenggelam, sementara kami justru baru memulai pesta kami. Pesta yang penuh dengan warna yang kami taburkan di hari kelulusan kami.
“Kenapa?” sahabatku bertanya. Ia heran dengan sikapku yang tersenyum dengan tanpa mengatakan apapun untuk menanggapi ucapannya.
Sebenarnya, jauh di lubuk hatiku pun aku sependapat dengannya, bahwa sebentar lagi kami akan berpisah. Hanya─aku terlalu takut untuk mengatakannya. Dan biarlah, kata itu cukup  menggema dalam sanubariku saja dan tak perlu mulutku turut mengatakannya. Sekolah itu─hari-hari yang kulalui bersama mereka semua, benar-benar masa yang tak akan bisa kulupakan. Masa yang tak akan tergantikan. Karena itu, berat rasanya bibir ini mengatakan kata berpisah. Aku masih ingin terus tertawa bersama mereka, aku masih ingin terus melakukan banyak hal dengan mereka. Masih banyak hal yang ingin kubagi dengan mereka. Semuanya . . .



By: Hida

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon