Baru saja kemarin dapat kejutan. Ada
yang bilang kalau saya ini orang yang tidak punya kemajuan. Orang yang tidak
punya prestasi. Dan ungkapan itu
justru keluar dari orang yang sama sekali tidak mengenal saya. Atau mungkin dia
merasa sangat mengenal saya. Karenanya dia bisa dengan mudahnya bilang saya ini
orang yang tidak punya kemajuan. Bahkan menyuruh saya cari prestasi, menjadi
sesuatu yang bisa membuat dia merasa terinspirasi. Dan oke, karena dia
merasa orang berprestasi, maka sebut saja dia si Juara.
Saya memang bukan tipikal yang gila
prestasi. Tapi mungkin tidak semua orang paham betul arti dari suatu kemajuan.
Mengingatkan saya pada seseorang yang dulu ngomong juga sesuatu yang mirip
seperti itu. Ada salah satu teman yang blak-blakan bilang bahwa saya tidak akan
bisa maju kalau terus menerus tinggal di desa. Jujur itu sudah termasuk dalam
kategori kalimat yang menantang sekaligus menyinggung saya.
Bagi saya kemajuan bukan sesuatu yang
hanya bisa kita temukan di kota. Dan tidak adil rasanya apabila melihat
kemajuan seseorang hanya berdasarkan hasil yang terlihat. Karena mata
seringkali melewatkan banyak hal dari semua yang harus dilihatnya. Semua
tentang proses dan langkah demi langkah yang kita lakukan setiap harinya dalam
hidup kita. Kalau melihat kemajuan hanya berdasar pada hasilnya, itu hanyalah
penialaian dari seseorang yang amatir dalam berjuang. Orang yang tidak tahu
betapa yang namanya perjuangan itu bukan semata-mata untuk dilihat hasil akhirnya.
Beberapa justru mengatakan bahwa perjuangan adalah prosesnya, bukan hasilnya.
Karena tanpa proses yang menjadi bagian penting dan sakral suatu perjuangan,
keberhasilan hanya akan jadi piala kosong tanpa kebanggan yang menjadikannya
layak diperjuangkan. Itulah mengapa kita diharuskan belajar dan dilarang
mencontek ketika ujian. Hasil memang tidak pernah akan membohongi usaha, tapi
mata seringkali kalah oleh prasangka. Jangan hanya karena sekilas melihatnya,
lantas kita merasa memahami segalanya. Seperti si Juara yang memandang sebelah
mata dan merasa melihat keseluruhan hidup saya.
Sekarang kita bahas masalah prestasu
alias prustasi alias prestasi. Bagi si Juara yang setahu saya memang orang yang
berpendidikan tinggi, mahasiswa istilahnya, saya yang hanya lulusan dari SMK
jelas tidak terlihat cukup meyakinkan sebagai orang berprestasu, alias
berprustasi, alias berprestasi. Tapi menurut saya, prestasu alias prustasi
alias prestasi, itu tidak selalu tentang nongol di TV, dapat penghargaan atau
beasiswa pendidikan ke luar negeri. Bahkan saya bukan tipikal orang yang silau
oleh hal semacam itu. Karena rendah hati, ramah, tidak sombong, dan bisa
menghargai orang lain yang mungkin tidak terlihat hebat, itulah prestasi
sejati. Prestasi yang dibangun bersama orang tua, keluarga serta semua orang di
sekeliling kita. Jangan pikir itu hal yang mudah. Karena prestasi semacam itu
disebut prestasi Batin. Butuh waktu yang lama dan perjuangan yang tidak sedikit
untuk bisa mencapainya. Dimulai dari orang tua yang bekerja keras untuk memberi
kita rejeki yang halal, keluarga yang selalu ada dan dengan sabar membimbing
kita sedari kita kecil hingga tumbuh dewasa. Serta orang-orang di sekeliling
kita yang mau menerima kita meski kita bukan sosok yang sempurna. Bagi saya,
orang yang memilih berjuang di desa itu tak kalah hebatnya dari yang mengais
keberhasilan di kota. Mereka sama-sama berjuang. Toh mereka yang hijrah ke kota, bisa jadi kelak kan
kembali ke desa. Desa tetap rumah mereka yang tak tergantikan nilainya.
Ambil hikmahnya. Prasangka seringkali
menang dari logika. Jangan berprasangka tanpa memfiltrasinya dengan sistem
logika. Dan logikanya, kita lebih dulu mengenal seseorang baru menilainya.
Bukan enggan mengenal lantas seenaknya menilai buruknya. Saya jauh dari
sempurna, bahkan seringkali membuat kecewa orang-orang di sekeliling saya. Tapi
saya tetap berusaha, berusaha menjadi diri yang lebih baik selagi bisa. Dan
percayalah, menjadi orang yang mengecewakan itu bisa lebih menyakitkan dari
yang sakit dikecewakan. Mereka yang kecewa mungkin bebas menyalahkan, tapi yang
merasa mengecewakan?
By: Hida
EmoticonEmoticon