Percayalah bahwa segala sesuatu tercipta
untuk alasan tertentu. Demikian pula adanya dengan sebuah pintu. Sebuah pintu
lahir dengan membawa tugas guna menghubungkan satu ruang dengan ruang lainnya.
Namun pintu juga bisa menjelma menjadi dinding yang memisahkan segalanya. Walau
begitu, pintu pun terkunci atas alasan tertentu. Seperti agar beberapa orang
yang tidak membeli voucher Wifi.id tidak bisa masuk dan melakukan pekerjaannya?
Bullshit banget. Karena pernah suatu malam datang dua orang yang sama sekali
baru dalam menggunakan layanan Wifi.id, bahkan sampai harus minta tolong satpam
untuk cara akses ke wifi.id. Lantas apa hasilnya? Koneksi tetap terputus hanya
sekitar dua jam setelahnya. Salah satu dari keduanya masuk ke dalam dan
bertanya pada kami, “Mas, koneksinya putus ya?” ujar lelaki itu cemas. Beberapa
diantara kami geng Demit mengiyakannya dan tak lama setelah orang itu kembali
pada temannya, saya pun memutuskan untuk menyusulnya.
“Coba pindah ke timur saja mas. Alfamart
juga kan ikut WiFi.id jadi tetep bisa login pakai voucher yang dari sini.” Kataku,
namun keduanya tetap memutuskan untuk menunggu koneksi tersambung kembali. Sesuatu
yang pernah dilakukan salah seorang sahabat saya dan berhasil kembali
terkoneksi begitu matahari menyambut pagi.
Namun putus sinyal hanyalah satu dari
banyak masalah yang mungkin akan dihadapi kami Geng Demit, yang belakangan
lebih cathcy kami menyebutnya DTNC. Juga orang-orang yang seharusnya bisa
menggunakan layanan internet cepat WiFi.id lainnya. Karena masalah tidak serta
merta selesai dengan kami mengadu ke email pengaduan telkom yang seolah hanya menyikapinya
secara formalitas tanpa adanya tindakan aktual dalam menangani situasi kami.
Keluhan kami gancet di nomor pengaduan IN9051937. Yah, setidaknya mereka
memberi kami harapan dalam barisan kode tersebut. Harapan kosong. Karena bahkan
setelah saya mencantumkan nomer ponsel untuk dihubungi seperti yang pihak
layanan pengaduan minta, semua itu hanya berakhir nihil. Tak ada satu pun
panggilan yang masuk ke ponsel saya.
Hoam...
Itulah yang terjadi ketika kita bosan
dengan situasi buruk yang tak juga membaik. Paling tidak ada satu atau dua malam dalam
seminggu dimana kantor mengalami lost signal secara tiba-tiba, dan selalu
terjadi dengan satpam jaga yang sama. Kebetulan kah? Terlalu sempurna. Dan itu
semua hanya karena alasan sepele yang sama sekali tidak profesional. Kenapa gak
bilang terus terang saja kalau misalkan gaji dia kurang, atau mungkin dia bosan
dengan profesinya sebagai tukang jaga dan berminat alih menjadi tukang palak!?
Kalau belakangan maraknya parkir liar melahirkan sebutan tukang parkir sebagai
tukang palak jalanan, ini satpam pantas dapat title tukang palak kantoran.
Maksa banget!
Dan setelah segala macam sabotase sinyal
dirasanya belum mencukupi, kali ini pintu dalam rapat terkunci. Kami tidak bisa
masuk ke dalam ruangan yang sedari Bulan Agustus lalu telah disediakan oleh
pihak telkom sebagai fasilitas kenyamanan dalam menggunakan WiFi.id. Salah satu
dari kami coba bertanya dan terkejut dengan jawabannya. “Kuncinya kebawa sama
yang bersih-bersih.” Kata si MugiKere, julukan yang akhirnya secara resmi saya
berikan untuk jawara sabotase sinyal kami.
Baca juga, Catatan Demit 01 & 02 yang terangkum dalam: Demit Telkom, Komunitas Malam Tak Selalu Negatif
By: Hida
By: Hida
EmoticonEmoticon